Selalu Direndahkan?... Tenang Saja...

Selalu direndahkan oleh orang lain?


Tenang saja… Kita memang rendah kok. Jadi tidak perlu marah atau sakit hati ketika diri kita direndahkan oleh orang lain.


“Bagaimana bisa tidak marah atau sakit hati ketika ada orang lain merendahkan kita?. Ini masalah harga diri !!!”… Begitu biasanya yang ada di pikiran kebanyakan orang saat mendengar ada yang berkata demikian bukan?.


Saya juga berpikir seperti itu. Tapi itu dulu… Setelah berulang-ulang mengalami banyak kejadian direndahkan - saya marah - terus capek - direndahkan lagi - saya marah lagi - dan menjadi lebih capek lagi… akhirnya saya menyadari bahwa semua perlakuan merendahkan terhadap kita itu adalah cara semesta untuk mengingatkan bahwa kita bukanlah siapa-siapa. Kita hanyalah debu mikroskopik di dalam alam semesta yang maha luas dan penuh kemegahan. Kita hanyalah bagian yang amat sangat kecil dimana keberadaan kita sama sekali tidak signifikan.


Kita direndahkan dengan banyak cara. Misalnya: Dengan selalu dipersalahkan, dibentak-bentak, dikata-katai atau dipermalukan di depan umum, diperlakukan seperti orang bodoh dan tidak mampu padahal kita sudah melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, dilecehkan, dibully dan lain-lain.


Kalau sampai harus diingatkan dengan cara direndahkan seperti itu, sepertinya kita sedang melakukan hal yang sebaliknya. Mungkin kita sedang meninggikan diri sendiri dengan merasa lebih hebat atau lebih tampan atau lebih cantik atau lebih kaya atau lebih cerdas atau atau lebih beriman atau lebih berpangkat atau berstatus sosial lebih tinggi dan lain-lain. Jika memang hal itu yang terjadi, segeralah sadar. Kelebihan itu seharusnya disyukuri, bukan dijadikan sarana untuk meninggikan diri. Merasa bahwa diri kita lebih dari orang lain dan menjadi sombong karenanya memiliki konsekuensi yang tidak baik. Saya pernah menulis terkait hal ini di artikel yang berjudul Kesombongan, Produk Termahal di Semesta.


Ketika kita sedang direndahkan, syukurilah dan kembali ingat bahwa kita memang bukan siapa-siapa di alam semesta ini. Kemarahan, kekecewaan, kesedihan dan emosi-emosi negatif lain yang biasanya timbul akibat perlakuan itu sedikit demi sedikit akan menggerus peluang kita untuk menerima hal-hal yang baik.


Lalu bagaimana dengan orang merendahkan kita?. Apa mereka akan menerima hukumannya apabila kita tidak membalas?… Well, itu bukan urusan kita. Lebih baik kita melakukan refleksi, temukan kesalahan kita yang kemungkinan menjadi penyebab diri kita direndahkan dan segera perbaiki. Berusahalah untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih positif setiap harinya. Kumpulkan energi positif sebanyak-banyaknya agar berbagai hal baik yang kita harapkan dapat segera dianugerahkan.


Apabila kita tetap saja direndahkan di tempat kerja atau lingkungan, padahal kita sudah mengerjakan pekerjaan kita sebaik-baiknya dan dengan sepenuh hati, selalu menghormati atasan dan menghargai sesama rekan kerja, mungkin sudah saatnya kita mencari tempat kerja baru atau pindah lingkungan. Carilah tempat di mana kita dibutuhkan dan dihargai.  Setiap orang berhak atas kedamaian dan ketenangan hidup… Sebisa mungkin, hindari suasana toxic yang dapat menyeret kita ke dalam kenegatifan.


Akan tetapi apabila kita belum memiliki kesempatan untuk mendapatkan tempat kerja atau lingkungan seperti demikian, jangan berkecil hati apalagi sampai patah semangat. Jadikanlah tempat kerja atau lingkungan saat ini yang terasa bagaikan neraka setiap harinya sebagai tempat untuk mawas diri dan melatih kesabaran dalam rangka mendewasakan spiritualitas kita. Dibutuhkan tingkat kedewasaan spiritualitas tertentu untuk bisa naik ke tingkatan di mana hal-hal baik yang kita inginkan akan dikabulkan. Untuk bisa mencapai level ini, kita harus bisa mengendalikan emosi, pikiran, perkataan dan perbuatan. Kita harus memiliki kemampuan untuk memaafkan kesalahan orang lain dengan ikhlas dan menerima semua perlakuan buruk orang lain terhadap diri kita dengan penuh rasa syukur.


Terkait persoalan “direndahkan” dan “meninggikan diri” ini bisa dianalogikan dengan pegas:


Pegas itu semakin ditekan, dia akan menyimpan semakin banyak energi dan akan terlontar tinggi ketika dilepaskan. Demikian juga dengan kondisi direndahkan. Semakin kita sabar dan bersyukur ketika sedang direndahkan, pada waktunya nanti kita akan terlontar ke posisi yang jauh lebih tinggi.


Sementara apabila pegas ditarik paksa untuk menjadi lebih tinggi dari ukuran seharusnya, dia akan mencapai tinggi maksimum dan tidak bisa menjadi lebih tinggi lagi. Bahkan, dia menjadi tidak berguna karena sekarang bentuknya telah berubah menjadi hanya sebatang logam. Usaha mengembalikan bentuknya seperti semula tidak akan memberikan hasil yang sempurna, karena pegas yang sempurna harus dibuat dengan mesin khusus pembuat pegas dan menggunakan material serta kondisi awal yang tepat. Meninggikan diri juga memiliki akibat yang serupa. Kita mungkin bisa memiliki posisi yang lebih tinggi, tapi suatu saat akan mentok dengan segala ketidak-sempurnaannya. Pada saat itu, mungkin sudah tidak ada orang lagi disekitar kita untuk membantu, karena mereka sudah menjauh untuk menghindari sikap kita yang tidak menyenangkan. Ketika kita sadar dan berusaha untuk menjadi lebih baik dan rendah hati, orang-orang itu  mungkin sudah trauma dan kehilangan kepercayaan terhadap kita.


Oleh karena itu, bagi yang sedang direndahkan, nikmati saja proses yang menyebalkan itu dengan hati yang sabar dan penuh syukur. Suatu saat kalian akan melompat ke tempat yang lebih tinggi.


Sementara bagi yang sedang meninggikan diri, berhentilah dan segera mawas diri. Kembali sadar bahwa kita bukan siapa-siapa dan mulai jalani kehidupan ini dengan penuh kerendahan hati. Jika tidak mau berhenti, I wish you good luck… (EHD)

Tentang Penulis




Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang beruntung karena terlahir dengan kemampuan untuk merasakan dan melihat berbagai hal yang tidak terdeteksi oleh indera fisik pada umumnya. Saya dapat melihat atau merasakan perwujudan yang tidak kasat mata, mendeteksi keberadaan energi negatif atau positif dari seseorang, lokasi atau situasi, dan saya juga dapat mendengar suara-suara yang bersifat transdimensional… Sementara, saya juga adalah orang yang sangat logis…


Kontradiktif? Tidak juga… Karena baik logika dan supranatural adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan.


Selain itu, saya juga suka melukis, fotografi dan musik.


Saya melewati sebagian besar karir saya di berbagai bidang kreatif dalam industri multimedia seperti desain grafis, animasi, serta produksi film dan musik.

Copyright © 2024    Edgar Hidamy